Geospasial dan Pariwisata Berkelanjutan

Prof. Dr. Hasanudin Z. Abidin, “Kaitan dangan industri pariwisata, geospasial memiliki nilai manfaat, terutama dalam pengembangan pariwisata virtual.”

Bandung, 26 Februari 2022 – Pemaparan materi sesi keempat dalam acara “Stiepar-Eurasia International Short Course” kali ini disampaikan oleh Prof. Dr. Hasanudin Z. Abidin, dosen Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan tema “Peranan Informasi Geospasial dalam Pengembangan Sektor Pariwisata yang Berkelanjutan”. Acara yang berlangsung secara daring tersebut dilaksanakan di pada Jumat, 25 Februari 2022.

Materi yang dipaparkan oleh Hasanudin tersebut telah memberikan pemahaman baru dari perspektif yang berbeda. Menurutnya, saat ini data dan informasi geospasial memiliki peranan penting untuk mendukung proses pembangunan di berbagai sektor kehidupan, termasuk sektor pariwisata.

“Geospasial atau ruang kebumian merupakan aspek keruangan yang menunjukkan lokasi, letak, dan posisi suatu objek atau kejadian yang berada di bawah, pada, atau di atas permukaan bumi yang dinyatakan dalam sistem koordinat tententu. Kaitan dangan industri pariwisata, geospasial memiliki nilai manfaat, terutama dalam pengembangan pariwisata virtual,” ungkap guru besar ITB tersebut dengan antusias.

Lebih jauh dosen ITB tersebut menjelaskan bahwa perkembangan teknologi yang terus berkembang akan melahirkan tren baru pariwisata, seperti bagaimana berwisata di era metaverse yang akan memberikan ruang virtual digital secara real time. Menurutnya, peranan lain geospasial dalam pariwisata adalah untuk mendukung berbagai kegiatan wisata seperti wisata sejarah, budaya, desa, musik maupun jenis kegiatan lain yang terkait dengan pemetaan informasi dan data yang ditampilkan kepada para wisatawan

“Dapat dipahami bahwa suatu destinasi wisata tanpa dilengkapi dengan data dan informasi maka akan menjadi kurang bermakna dan menyulitkan pengambilan keputusan. Dengan adanya integrasi data dan informasi geospasial maka akan bermanfaat bagi penciptaan pembangunan pariwisata berkelanjutan,” ujar Hasanudin.

Pada kesempatan tersebut juga diberi ruang diskusi antara narasumber dan peserta yang dipandu oleh moderator Indah Nur Agustiani, S.Par., M.M. (Dosen STIEPAR YAPARI Bandung). Diskusi yang berlangsung secara interaktif dan sangat menarik tersebut diikuti sekitar 110 peserta, baik dosen maupun mahasiswa di lingkungan STIEPAR YAPARI.

Sebelum mengakhiri paparannya, Hasanudin mengingatkan kepada seluruh peserta untuk melakukan prinsip “KERJA 5 As” yaitu Kerja Keras, Kerja Cerdas, Kerja Tuntas, Kerja Mawas, dan Kerja Iklhas. (TK