Pariwisata Berkelanjutan di Indonesia

Baiquni, “Konsep Kepariwisataan Berkelanjutan mengakar dalam kearifan setempat, berdaulat, bermartabat, dan berkeadilan yang berorientasi pada kesejahteraan masyarakat, kemakmuran ekonomi, kelestarian lingkungan hidup, dan kebahagiaan sejati.

Bandung, 23 Februari 2022 – Memasuki sesi ketiga acara “Stiepar-Eurasia International Short Course” menghadirkan Prof. Dr. M. Baiquni, M.A., dosen Universitas Gadjah Mada yang memaparkan tulisan dengan tema “Sustainable Tourism in Indonesia: Paradigm, Policy and Praxis”. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada Selasa, 22 Februari 2022 secara daring, serta dihadiri oleh mahasiswa dan dosen  yang dipandu oleh Dr. Taufiq Hidayat, S.Sos, M.M. (dosen STIEPAR YAPARI).

Dalam pemaparannya, Baiquni menyampaikan betapa pentingnya pengembangan pariwisata berkelanjutan untuk kehidupan manusia dalam jangka panjang. Hal ini sejalan dengan pemikiran I Gede Ardike, salah satu penggerak konsep Kepariwisataan Berkelanjutan di Indonesia yang tertuang dalam bukunya berjudul “Kepariwisataan Berkelanjutan, Rintis Jalan Lewat Komunitas”.

Menurut Baiquni, konsep Kepariwisataan Berkelanjutan mengakar dalam kearifan setempat, berdaulat, bermartabat, dan berkeadilan yang berorientasi pada kesejahteraan masyarakat, kemakmuran ekonomi, kelestarian lingkungan hidup, dan kebahagiaan sejati. Secara praktis, salah satu konsep Kepariwisataan Berkelanjutan dapat diimplementasikan  melalui model Community Based Tourism (CBT)

“Pembangunan berkelanjutan memerlukan proses integrasi ekonomi dan ekologi melalui upaya perumusan paradigma dan arah kebijakan yang bertumpu pada kemitraan dan partisipasi para pelaku pembangunan dalam mengelola sumber daya seoptimal mungkin,” pungkas Baiquni.

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pariwisata (STIEPAR) YAPARI sebagai perguruan tinggi pariwisata swasta yang menyiapkan Sumber Daya Manusia di bidang pariwisata, terus berkomitmen untuk mengembangkan konsep dan ilmu pengetahuan, termasuk di bidang pariwisata berkelanjutan yang diintegrasikan di beberapa mata kuliah. Seperti yang disampaikan oleh Ketua STIEPAR YAPARI, Prof. Dr. Enok Maryani, M.S, bahwa pemahaman pariwisata berkelanjutan tidak hanya dipahami secara konseptual. Namun, hal yang lebih penting adalah bagaimana cara mengimplementasikannya.

Kegiatan diakhiri dengan sesi diskusi yang melibatkan beberapa dosen dan mahasiswa. Hasil diskusi tersebut menghasilkan beberapa refleksi penting, di antaranya pariwisata berkelanjutan memerlukan dukungan semua pihak, seperti pemerintah sebagai pembuat kebijakan, pelaku industri pariwisata, dan masyarakat.

Dengan demikian diharapan pembangunan berkelanjutan akan memenuhi konsep kompas yakni N (Nature) yang harus memperhatikan aspek lingkungan; sumber daya alam; E (Economy) yang mempertimbangkan proses produksi, investasi, dan sumber pendanaan; S (Society) yang melibatkan pemerintah, masyarakat, dan budaya setempat; serta W (Wellbeing) yang harus memperhatikan kesejahteraan setiap individu, keluarga, dan kualitas hidup. (TK)