Bandung, 06 April 2022 – Memasuki sesi ke-14 program “Stiepar-Eurasia International Short Course” (SEISC) mengundang seorang pakar di bidang Wellness Tourism (Wisata Kesehatan) Assoc. Prof. Ann Suwaree Ashton, Ph.D. dari National Institute of Development Administration (NIDA) Thailand. Kehadiran Prof. Ann di ruang virtual zoom membangun atmosfer akademik dan diskusi interaktif bersama para peserta. Program SEISC adalah program kerja sama yang diselenggarakan oleh STIEPAR YAPARI dan Eurasia Japan Foundation (15 Februari-12 April 2022).
Kegiatan digelar secara daring pada Selasa (05/04/2022) kemarin yang dihadiri oleh mahasiswa dan dosen STIEPAR YAPARI dengan diawali sambutan dari Ketua STIEPAR YAPARI Bandung, Prof. Dr. Enok Maryani. Enok yang juga merupakan seorang guru besar di bidang geografi pariwisata, menekankan pentingnya diskusi pengalaman dari berbagai negara terkait dengan pariwisata berkelanjutan agar peserta International Short Course dapat mendapatkan wawasan secara lebih meluas.
Dalam paparannya Ann menjelaskan bagaimana kemunculan wisata kesehatan sehingga yang diharapkan untuk dapat hidup lebih lama sehingga tuntutan untuk memenuhi makanan yang sehat dan aktivitas kesehatan menjadi sangat penting. Wisata kesehatan di Asia Tenggara cukup menggeliat karena berdasarkan hasil beberapa penelitian kehidupan sehari-hari masyarakat di negara-negara Asia lebih dekat terhubung dengan tubuh, pikiran, jiwa, dan roh karena budaya/tradisi dan sistem agama (Smith & Puczk, 2014). Begitu juga dengan nilai inti dan sistem kepercayaan lebih terintegrasi secara emosional dan perasaan moralitas (Chao, Bufford, McMinn, & Buhrow, 2011), jelas Ann.
Ann juga mendefiniskan bahwa wellness tourism adalah sebuah perjalanan yang tujuan utamanya adalah pencapaian keseimbangan dan keselarasan kesejahteraan pribadi, terutama fisik, nilai-nilai mental, emosional, sosial, dan spiritual. Dalam penelitian yang yang telah beliau lakukan pendekatan wellness tourism mencakup spa beauty & therapy for health, Sport/leisure for health, healthy food, dan spiritual mind and soul rereat.
Dalam implementasinya, wisata kesehatan yang dimaksud juga memiliki relevansi dengan pengembangan nilai-nilai kearifan lokal. Hal ini dapat dipahami karena setiap tempat atau negara memiliki nilai adat dan budaya yang berbeda. Secara tidak langsung ini juga dapat dikatakan sebagai bentuk upaya pelestarian budaya lokal, papar Ann. Tentunya hal ini juga memiliki keterkaitan dengan pembangunan pariwsata berkelanjutan dimana wisatawan dapat menikmati nilai manfaat dari kegiatan wisata kesehatan, sementara masyarakat lokal dapat melibatkan diri sebagai bentuk pemberdayaan masyarakat
Lebih jauh Ann juga menggambarkan lima atribut mengenai wisata kesehatan yakni:
1) Aspek fisik adalah gaya hidup sehat dan merupakan salah satu aspek terpenting untuk dipromosikan kebugaran jasmani, kesehatan, dan kebugaran;
2) Aspek mental mengacu pada keadaan yang memungkinkan individu untuk menyadari kemampuan mereka, mengatasi tekanan hidup yang normal, bekerja secara produktif dan bermanfaat, dan berkontribusi pada komunitas mereka;
3) Aspek emosional mengacu pada kualitas emosional dari pengalaman sehari-hari individu: frekuensi dan intensitas pengalaman seperti kegembiraan, stres, kesedihan, kemarahan, dan kasih sayang yang membuat seseorang hidup menyenangkan atau tidak menyenangkan; itu termasuk suasana hati yang positif dan harga diri yang tinggi;
4) Aspek sosial mengacu pada bagaimana orang ingin dan ingin diterima, ada yang peduli pada orang lain, ramah dan mendukung secara sosial, sementara yang lain merasa takut terputus dari masyarakat, dan berharap kebebasan dari perasaan kesepian;
5) Aspek spiritual, mengacu pada aktivitas keagamaan atau non-keagamaan, praktik ini dilengkapi dengan pengaturan lingkungan alam yang kaya
Acara dipandu secara interaktif oleh Titing Kartika, S.Pd., M.M., M.B.A. (Kepala Lembaga Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat dan Jurnal). Selama kegiatan berlangsung, tampak mahasiswa dan dosen menikmasi sesi diskusi dengan bertanya langsung maupun tertulis di ruang virtual zoom. Pertanyaan-pertanyaan kritis mahasiswa ditanggapi secara komprehensif oleh narasumber.
Sebagai bentuk apresiasi, Ketua STIEPAR menyerahkan e-sertificate kepada narsumber dan moderator. Di Akhir sesi, ketua penyelenggara SEISC, Nova Riana, Dra.M.Si., CHE. mengucapkan terima kasih kepada narasumber Prof. Ann yang telah bersedia hadir secara daring. Nova juga mengharapkan seluruh peserta akan mendapatkan peningkatan pengetahuan terutama terkait dengan isu-isu global pariwisata berkelanjutan di Asia. (TK)