From Local to Global: What Should We Learn to support Sustainable Tourism?Materi sesi ke-8 program “Stiepar-Eurasia International Short Course” ini disampaikan oleh Prof.Dr. Elly Malihah, M.Si.

Bandung, 16 Maret 2022 – Memasuki sesi ke-8 program “Stiepar-Eurasia International Short Course” yang dilaksanakan oleh Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pariwisata (STIEPAR) YAPARI  bekerja sama dengan Eurasia Jepang kali ini mengangkat tema “From Local to Global: What Should We Learn to support Sustainable Tourism?” Panitia menghadirkan Prof.Dr. Elly Malihah, M.Si. (Guru Besar dari Universitas Pendidikan Indonesia) sebagai narasumber.

Kegiatan dilaksanakan secara hibrid (luring dan daring) pada Selasa, 15 Maret 2022 yang dihadiri oleh para mahasiswa dan dosen. Acara ini semakin menarik karena dipandu oleh Adrian Agoes, S.Sos., M.M.Par. (Ketua Prodi D3 Usaha Perjalanan Wisata STIEPAR YAPARI).

Pada awal pemaparannya, Elly menyampaikan bagaimana peluang pariwisata berbasis kearifan lokal dalam membangun pariwisata berkelanjutan. Ia mengutip pendapat Burn dan Holden (1995) yang menyatakan bahwa pariwisata budaya ibarat pisau bermata dua, satu sisi pariwisata dapat melestarikan warisan budaya, sementara di sisi lain kegiatan pariwisata akan merusak atau berdampak negatif terhadap warisan budaya itu karena objek tersebut akan dikonsumsi oleh wisatawan.

Prof.Dr. Elly Malihah, M.Si., narasumber sesi ke-8 program
“Stiepar-Eurasia International Short Course” (Sumber: sosiologi.upi.edu)

Terlepas daari kondisi tersebut, pariwisata budaya dapat menjadi sarana untuk belajar. Seperti yang digambarkan dalam Kode Etik Pariwisata Dunia atau yang dikenal dengan Global Code of Ethics for Tourism (GCET) poin 1 dan 4 bahwa pariwisata dapat membuka peluang interaksi antara wisatawan dengan masyarakat lokal. Para wisatawan dapat belajar dari budaya masyarakat lokal, begitu pula sebaliknya, masyarakat lokal dapat belajar dari perilaku wisatawan sehingga tercipta adaptasi.

“Globalisasi budaya lokal merupakan serangkaian upaya mengenalkan kebudayaan lokal agar dikenal oleh masyarakat global. Globalisasi budaya bukanlah upaya untuk mengaburkan budaya lokal, justru dapat memperkaya khasanah budaya global, seperti yang diungkap oleh Naomi (2018). Lalu bagaimana sebenarnya membangun pariwisata berbasis kearifan lokal?” ungkap Elly.

Membangun pariwisata berbasis kearifan lokal (Sumber: Prof.Dr. Elly Malihah, M.Si.)

Guru Besar dari Universitas Pendidikan Indonesia tersebut membagi pariwisata ke dalam beberapa aspek yakni destinasi, persiapan, strategi apa yang digunakan, pelaksanaan, dan penciptaan parwisata berkelanjutan (profit, people, dan planet).

Peluang pariwisata berbasis kearifan lokal (Sumber: Prof.Dr. Elly Malihah, M.Si .)

Kegiatan Stiepar-Eurasia International Short Coursesesi ke-8 yang mengangkat tema tema “From Local to Global: What Should We Learn to support Sustainable Tourism?” tersebut diakhiri dengan sesi diskusi secara luring dan daring yang melibatkan dosen dan mahasiswa.

Terdapat beberapa refleksi penting dari pemaparan di sesi ke-8 ini, di antaranya bagaimana posisi dukungan wisatawan antar negara Asia pada destinasi wisata di negara-negara Kawasan Asia dan  komodifikasi kearifan lokal menjadi produk wisata memungkinkan terjadinya interaksi antar budaya. Namun, pada batas mana praktik tradisional harus berada pada pakemnya, serta bagaimanakah praktik-praktik tradisional yang memiliki nilai universal dapat diterapkan sepenuhnya dalam rangka pembangunan internasional? (TK)