Pariwisata yang Bertanggung Jawab: Retorika Pembangunan Berkelanjutan?

Materi sesi ke-12 program “Stiepar-Eurasia International Short Course” ini disampaikan oleh Dr. Hiram Ting

Bandung, 26 Maret 2022 – Kehadiran narasumber dari UCSI University Sarawak Malaysia, Dr. Hiram Ting pada sesi ke-12 menambah semarak program “Stiepar-Eurasia International Short Course” (SEISC) yang diselenggarakan oleh STIEPAR YAPARI bekerjasama dengan Eurasia Japan Foundation (15 Februari-12 April 2022). Hiram menyampaikan mengenai “Responsible Tourism: Sustainable Development Rhetoric, Reality or Response?” atau Pariwisata yang Bertanggung Jawab: Retorika Pembangunan Berkelanjutan? Penyajian materi tidak hanya disampaikan secara konsep, tetapi juga menggunakan gambaran praktis yang terjadi di masyarakat.

Kegiatan digelar secara daring yang dihadiri oleh mahasiswa dan dosen STIEPAR YAPARI dengan diawali sambutan dari Ketua STIEPAR YAPARI Bandung, Prof. Dr. Enok Maryani, M.S. Enok yang juga merupakan seorang guru besar di bidang geografi pariwisata. Enok menekankan pentingnya diskusi pengalaman dari berbagai negara terkait dengan pariwisata berkelanjutan agar peserta International Short Course dapat mendapatkan wawasan secara lebih meluas.

Hal senada juga disampaikan oleh Ketua penyelenggara SEISC, Ibu Nova Riana, Dra., M.Si., CHE., yang mengharapkan agar seluruh peserta akan mendapatkan peningkatan pengetahuan, terutama terkait dengan isu-isu global pariwisata berkelanjutan di Asia.

Responsible Tourism atau pariwisata yang bertanggung jawab dapat dikembangkan dengan banyak inisiatif yang berbeda dalam pikiran, terutama yang didasarkan pada prioritas dan konteks spesifik destinasi. Hal ini menyangkut mengambil pendekatan pragmatis sebagai tujuan wisatawan. Selain itu, hal ini sebagai bentuk ajakan untuk melakukan tindakan/aksi dari berbagai pemangku kepentingan untuk mencapai tujuan yang saling menguntungkan, ungkap Hiram.

Dr. Hiram Ting (narasumber sesi ke-12 program SEISC) dan Titing Kartika, S.Pd., M.M., M.B.A. (pemandu acara) – Sumber: Humas STIEPAR YAPARI

Acara dipandu secara interaktif oleh Titing Kartika, S.Pd., M.M., M.B.A. (Kepala Lembaga Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat dan Jurnal). Selama kegiatan berlangsung, tampak mahasiswa dan dosen menikmasi sesi diskusi dengan bertanya langsung maupun tertulis di ruang virtual zoom. Pertanyaan-pertanyaan kritis mahasiswa ditanggapi secara komprehensif oleh narasumber.

Salah satu materi sesi ke-12 program SEISC “Evolution of industry 1.0. to Industry 5.0.” (Sumber: Humas STIEPAR YAPARI)

Hiram juga merujuk pidato yang disampaikan oleh Perdana Menteri Barbados, Mia Amor Mottley pada Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 28 September 2018 yang menyampaikan pentingnya konsep pembangunan berkelanjutan.

“For us it is about saving lives. For others it is about saving profits. We have reached the stage where we ask the global community to recognize that what is at stake is simply not an academic debate. It is simply not the profits of multinational corporations, but the evidence is clear and decisive that it is the lives and it is the living of our people”.

Hal ini dapat diartikan kurang lebih “Bagi kami ini adalah tentang menyelamatkan nyawa. Bagi yang lain, ini tentang menghemat keuntungan. Kami telah mencapai tahap di mana kami meminta komunitas global untuk menyadari bahwa apa yang dipertaruhkan bukanlah debat akademis. Dia bukanlah keuntungan perusahaan multinasional, tetapi buktinya jelas dan tegas bahwa itu adalah kehidupan dan kehidupan orang-orang sekitar”.

satu materi sesi ke-12 program SEISC “Responsibility Roadmap” (Sumber: Humas STIEPAR YAPARI)

Beberapa contoh rencana aksi yang dapat dilakukan terkait dengan konsep pariwisata bertanggung jawab seperti: terbangunnya komunikasi dengan komunitas, bekerjasama dengan otoritas dan lembaga terkait, pelaksanaan program berbasis masyarakat, konsultasi lansia, pemberdayaan perempuan, serta adanya keterlibatan di sektor pendidikan, tambah Hiram.

Sebagai kesimpulan, konsep Responsible Tourism secara tidak langsung akan membangun pariwisata berkelanjutan dan tanggung jawab itu dimulai dari diri kita sendiri. Sebagai contoh melakukan hal kecil. Namun, berdampak besar untuk masyarakat maupun di destinasi dengan tidak membuang sampah sembarangan dan melestarikan budaya lokal, serta menghargai segala perbedaan.

Pada akhir sesi, sebagai bentuk apresiasi, Ketua STIEPAR menyerahkan e-sertificate kepada narsumber dan moderator. (TK).