Bandung, 19 Maret 2022 – Memasuki sesi ke-9 program “Stiepar-Eurasia International Short Course” tampil dengan tema “Maju Bersama dalam Persamaan dan Perbedaan” dalam konteks Asean Community dan Pengembangan Kebudayaan yang disampaikan oleh Dr. Lina Meilinawati Rahayu (Dosen Universitas Padjadjaran) sebagai narasumber. Kegiatan tersebut dilaksanakan secara daring di kampus Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pariwisata (STIEPAR) YAPARI, Jalan Prof. Dr. Sutami No.81-83, Sukarasa, Kecamatan Sukasari, Kota Bandung, Jawa Barat pada Jumat (18/03/2022) kemarin.
Acara yang dihadiri oleh mahasiswa dan dosen STIEPAR) YAPARI tersebut dengan dipandu secara apik oleh moderator Dr. Emron Edison, S.E., M.M. (Ketua Program Studi S1 Manajemen Kekhususan Pariwisata STIEPAR YAPARI). Sebelum pemaparan materi oleh narasumber, acara dibuka dengan sambutan dari Ketua STIEPAR YAPARI yang diwakili oleh Dr. Taufiq Hidayat, S.Sos.,M.M. (Wakil Ketua Bidang Akademik dan Kemahasiswaan).
Lina menyampaikan tiga pilar utama Asean Community yakni Asean Political Security, Asean Economic Community, dan Asean Social-Cultural Community. Pada aspek pengembangan Kebudayaan, terdapat beberapa hal yang telah dilakukan di antaranya Asean International Festival Film & Award (AIFFA) yang merupakan festival seni budaya dan film yang dilaksanakan dua tahun sekali, ASEAN Contemporary Dance Festival (ACDF). Pada sektor pariwisata telah ada penandatangan kesepakatan bersama dalam lingkup ASEAN bernama ASEAN Tourism Agreement atau ATA.
Selain itu berbagai workshop dan simposium turut dilaksankan seperti ASEAN Culture Week, ASEAN Youth Camp, ASEAN Quiz, dan pertukaran kunjungan antar seniman ASEAN. Lebih jauh Lina menegaskan bahwa membangun kebudayaan sama halnya dengan membangun identitas diri.
“Hal yang lebih penting adalah setiap bangsa harus membangun identitasnya. Seperti contoh jika akan membangun identitas nasional Indonesia maka terdapat beberapa unsur-unsur pembentuknya meliputi Pancasila, Bahasa Indonesia, Bendera Merah Putih, Lagu Indonesia Raya, Burung Garuda, Bhinneka Tunggal Ika, UUD 1945, Kebudayaan, dan bentuk negara,” ungkap Lina dalam paparannya.
Lina menambahkan, dalam kehidupan berbangsa dan bernegara tentunya tidak lepas dari nilai perbedaan dan persamaan. Menurutnya, kedua hal tersebut hendaknya dijadikan sebagai sebuah kekuatan. Oleh karena itu diperlukan arah kebijakan budaya.
“Arah yang ditetapkan untuk membangun kebudayaan terutama yang berkaitan dengan tradisi salah satunya diharapkan mampu menjadi komoditas untuk dipasarkan sebagai atraksi wisata. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan mendompleng tradisi pada budaya populer,” jelas Lina.
Peserta sesi ke-9 program “Stiepar-Eurasia International Short Course” yang dilakukan secara daring pada Jumat (18/03/2022) kemarin (Sumber: Humas STIEPAR YAPARI)
Pemaparan materi berlangsung sangat menarik dan diakhiri dengan sesi diskusi yang melibatkan dosen dan mahasiswa.
Terdapat beberapa catatan penting bahwa menjadi warga ASEAN harus menciptakan rasa ke-kita-an (WE feeling) terhadap ASEAN.
“Dengan cara memiliki identitas diri yang kokoh serta masyarakat ASEAN dapat lebih mengenali keragaman budaya negara anggota, saling menghargai identitas nasional masing-masing,” pungkas Lina. (TK)